Jumat, 05 Desember 2008

Cara Mengatasi Obesitas-Kaitan Obesitas Dengan Kanker


Pengarang : Dr.Hamra


Masyarakat pada umumnya mungkin bertanya, apa hubungan kegemukan dengan kanker? Bukankah penderita kanker itu cenderung kurus? Pada tahun 2001, para ahli menyimpulkan bahwa kanker kolon, payudara (paska menopause), endometrium, ginjal, dan esofagus, berhubungan dengan obesitas. Obesitas dan aktivitas fisik yang rendah menyebabkan kurang lebih 25 sampai 30% kanker utama seperti kanker kolon, payudara (paska menopause), endometrium, ginjal dan kanker esofagus.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada pasien di atas 16 tahun dan non-smokers, dengan jelas memperlihatkan bahwa baik pria dan wanita yang lebih obes pada awal penelitian (dengan pemeriksaan- IMT), memiliki risiko lebih tinggi menderita kanker. Dalam penelitian ini, peningkatan risiko kanker seperti kanker ginjal dan uterus pada wanita dan kanker hati pada pria sangatlah mengejutkan. Hasil dari sebuah penelitian lain menyatakan bahwa obesitas adalah penyebab ke-2 kanker setelah merokok di Amerika Serikat.

Di dunia, angka kejadian obesitas makin meningkat dan merokok berkurang , sehingga diperkirakan bahwa obesitas 1 dekade berikutnya akan menjadi faktor risiko pertama terjadinya kanker di Amerika Serikat. Hasil dari penelitian ini dipresentasikan oleh the American Institute for Cancer Research and the World Cancer Research Fund International, dengan tema: Food, Nutrition, Physical Activity, and the Prevention of Cancer: A Global Perspective. Kini diperkirakan 2/3 dari penduduk di Amerika kelebihan berat badan.

Di seluruh dunia, angka kejadian kanker meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk. Walaupun telah diketahui bahwa obesitas meningkatkan angka kejadian kanker, namun risiko secara kuantistas dan kanker mana yang risikonya meningkat masih perlu evaluasi lebih lanjut. The American Institute for Cancer Research dan the World Cancer Research Fund International telah mengumpulkan anggotanya untuk mengevaluasi risiko kanker. Data yang dibahas adalah data dari 7000 penelitian yang telah dipublikasikan.

Hasil dari review yang dilakukan:
• Obesitas bermakna meningkatkan risiko dari 6 janis kanker: kanker kolon, ginjal, pankreas, eosofagus, serta kanker endometrium dan payudara pada wanita pasca menopause.
• Peningkatan berat badan beberapa pon atau gemuk berlebih akan meningkatkan risiko kanker.
• Peningkatan konsumsi daging merah meningkatkan risiko kanker sebesar 15%.
• Peningkatan konsumsi daging olahan meningkatkan risiko kanker kolorektal. Berhubungan dengan hasil ini, para peneliti membuat rekomendasi untuk pencegahan kanker (berhubungan dengan berat badan):
• Usahakan berada dalam kisaran berat badan yang normal, (selangsing mungkin).
• Konsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan (buah, sayur, beras, dan kacang polong).
• Hindari konsumsi daging merah 18 ons per minggu.
• Hindari sebisa mungkin konsumsi daging olahan.
• Usahakan aktifitas fisik sebanyak mungkin.
• Tetap memenuhi kebutuhan gizi, melalui makanan.
• Konsumsi makanan tanpa-kalori, seperti minuman manis harus dibatasi
• Pembatasan konsumsi alkohol
• Pasien yang telah berhasil sembuh dari kanker harus mengikuti rekomendasi ini.

Ditambahkan bahwa obesitas meningkatkan risiko pembentukan batu empedu, dan adanya batu empedu ini meningkatkan risiko kanker kandung empedu, yang diperkirakan terjadi dari supersaturasi kolesterol. Kegemukan mempengaruhi kadar hormon yang bersirkulasi seperti insulin, insulin-like growth factors dan estrogen, yang akan memunculkan keadaan yang memacu karsinogenesis dan mengurangi apoptosis. Hal ini merangsang respon inflamasi tubuh yang akan mengarah pada mulainya dan progresifitas beberapa kanker.

Beberapa penelitian lain memperlihatkan peningkatan kejadian limfoma non-Hodgkin, leukimia dan mieloma multipel pada pasien obes. Bahkan pada beberapa laporan, hubungan obesitas dengan kanker-kanker ini dinyatakan bermakan secara statistik. Diperkirakan hal ini terjadi karena obesitas menyebabkan inflamasi patologik dan perubahan respon imun, yang mana kedua faktor ini akan mempengaruhi fungsi limfoid dan fungsi sel hemapoetik.

Para ahli mengatakan bahwa dokter perlu langsung mengatasi kelebihan berat badan yang ditemukan pada pasiennya, bahkan apabila baru terlihat sedikit peningkatan berat badan. Dengan pasien obes dan kelebihan berat badan, dokter perlu membicarakan diet, aktivitas fisik dan olah raga. Setiap orang uang obes dan kelebihan berat badan dianjurkan untuk berdiskusi dengan dokter berhubungan dengan berat badannya dan rencana aktifitas fisik yang akan dilakukan untuk mengurangi risiko kanker.

Kesimpulan:
• Pada masa yang akan datang, obesitas kemungkinan akan menjadi penyebab utama terjadinya kanker.
• Obesitas, kurangnya aktivitas dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker.
• Dokter perlu melakukan tindakan preventif, dalam hal ini mengatasi kelebihan berat badan pada pasien yang obes dan overweight dan berdiskusi dengan pasien mengenai diet dan aktifitas fisik yang perlu dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya kanker.

Buah Jeruk, Cegah Stroke Dan Kanker

1001
Manfaat
Jeruk
By: Budi Sutomo, S.Pd

Puluhan varietas jeruk ada di muka bumi. dari yang bercitarasa asam hingga manis. Walaupun berbeda warna, bentuk dan rasa, jeruk memiliki eksamaan, yaitu kaya akan antioksidan, tinggi mineral dan vitamin C.

Jeruk Bali ( Citrus maxima)

Bentuknya besar dengan daging buah berwarna putih ataug merah muda. Jeruk ini memiliki cita rasa manis, asam dan segar karena banyak mengandung air. Jeruk bali mengandung vitamin B, provitamin A, vitamin B1, B2 dan asam folat. Setiap 100 g jeruk bali mengandung 53 kkal energi, protein 0,6 g, lemak 0.2 g, karbohidrat 12.2 g, retinol 125 mcg, kalsium 23 mg dan 27 mg fosfor. Kandungan lain seperti flavonoid, pektin dan lycopene menjadikan buah ini semakin kaya akan zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan.

Beragam manfaat bisa diperoleh jika mengkonsumsi jus jeruk bali. Senyawa terkandung di dalam jeruk bali mampu mencegah kanker, menurunkan risiko penyakit jantung, melancarkan saluran pencernaan, menjaga kesehatan kulit, mencegah konstipasi, menurunkan kolesterol dan mencegah anemia.

Jeruk Manis/orange (Citrus Aurantium)

Jenis manis mengandung betakaroten dan bioflavanoid yang dapat memperkuat dinding pembuluh darah kapiler. Pektinnya juga banyak terapat dalam buah dan kulit jeruk, manfaatnya membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan mingkatkan kolesterol baik (HDL). Jeruk juga berlimpah kandungan flavanoidnya, seperti flavanpis yang berfungsi sebagai antioksidan penangkal menangkap radikal bebas penyebab kanker. Flavanoid juga menghalangi reaksi oksidasi LDL yang menyebabkan darah mengental dan mencegah pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah. Jeruk juga kaya akan kandungan gula buah yang dapat memulihkan energi secara cepat. Jeruk juga kaya akan serat (dietary fiber) yang dapat mengikat zat karsinogen di dalam saluran pencernaan. Manfaatnya sembelit, wasir dan kanker kolon bisa dihindari.

Di dalam 100 g jeruk manis mengandung energi 51 kkal, protein 0,9 g, lemak 0.2 g, karbohidrat 11.4 g, kalsium 33 mg, fosfor 23 mg, besi 0.4 mg, retinol 57 mcg dan asam askorbat 49 mg. Jejruk juga kaya akan serat yang dapat memperlancar proses pencernaan.


Jeruk Lemon (Citrus medica Linn)

Di samping kandungan vitamin C yang melimpah, jeruk lemon juga kaya dengan vitamin B, E, natrium, dan beberapa mineral mikro yang dibutuhkan tubuh untuk sisitem imunitas (kekebalan) serta mencegah virus penyebab influenza. Lemon juga sarat


dengan kandungan bioflavanoid yang berperan sebagai antioksidan pencegah kanker. Flavanoid jeruk lemon berfungsi menghalangi oksidasi LDL sehingga aterosklerosis penyebab jantung dan stroke bisa dihindari. Jeruk lemon juga berlimpah kandungan serat berupa pektin yang baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida.

Jeruk Nipis (Citrus auranfolia)

Banyak unsur senyawa kimia yang bemanfaat dalam jeruk nipis, seperti linalina setat, limonen, geranil asetat, sitral dan fellandren. Di dalam 100 gram buah jeruk nipis mengandung: vitamin C 27 mg kalsium 40 mg, fosfor 22 miligram, hidrat arang 12,4 g, vitamin B 1 0,04 mg, zat besi 0,6 mg, lemak 0,1 g, kalori 37 kkal, protein 0,8 g dan air 86 g. Jeruk nipis mengandung unsur-unsur senyawa kimia antara lain limonen, linalin asetat, geranil asetat, fellandren, sitral dan asam sitrat.

Dengan kandungan yang melimpah itu, tak heran jika jeruk nipis ampuh menghadang amandel, malaria, ambien, sesak nafas, influenza, batuk; sakit panas, sembelit, terlambat haid, perut mules saat haid; disentri, perut mulas, lelah, bau badan, keriput wajah. Tak kalah pentingnya, jeruk nipis mampu menghambat pembentukan kristal oksalat yang merupakan penyebab penyakit batu ginjal.

Alergi Makanan Berbuntut Autisme


Oleh: dr. Widodo Judarwanto, Sp.A., di Jakarta

Alergi makanan disebut sebagai salah satu faktor pencetus autisme pada anak. Namun, banyak orangtua yang tak mengetahui hal ini. Mereka baru ngeh setelah anak tumbuh besar dan telanjur sulit ditangani. Kalau saja kesadaran akan bahaya alergi makanan itu datang sejak dini, penderitaan anak dapat jauh dikurangi.

Alergi makanan merupakan kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh, yang ditimbulkan oleh alergi terhadap makanan tertentu. Pada anak-anak, alergi makanan dapat menyerang semua organ tanpa kecuali, mulai dari ujung dahi sampai ujung jempol kaki. Bahaya dan komplikasi yang muncul pun beragam. Reaksi atas alergi makanan (biasa disebut manifestasi klinis) berpotensi mengganggu semua sistem dan organ tubuh.

Keluhan alergi sering muncul dengan sangat misterius. Jadwalnya berubah-ubah, datang dan pergi tanpa permisi. Kadang berulang. Minggu ini sakit tenggorokan, minggu depan mungkin saja sakit kepala, pekan depannya kena diare, atau sulit makan berminggu-minggu lamanya. Bagaimana keluhan yang berubah-ubah secara misterius itu terjadi? Entahlah, karena sampai saat ini masih menjadi misteri bagi para peneliti alergi.

Yang banyak disepakati, alergi dianggap sebagai proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi (cepat atau lambat), tetapi juga bersifat kronis dan kompleks. Gejala klinisnya terjadi karena reaksi imunologi dalam tubuh, yang muncul untuk menangkis serangan terhadap organ sasaran. Menurut teori ini, jika organ sasarannya paru-paru, maka manifestasi klinisnya berupa batuk atau asma. Bila sasarannya kulit, ya akan terlihat seperti urtikaria (rasa gatal pada kulit yang disertai bentol-bentol merah).

Menyerang pusat saraf

Celakanya, tak hanya paru-paru atau kulit yang kerap jadi sasaran tembak. Sistem susunan saraf pusat atau otak pun dapat terganggu oleh reaksi alergi. Apalagi otak merupakan organ tubuh yang sangat sensitif dan lemah. Jika fungsi otak terganggu, banyak sekali kemungkinan manifestasi klinisnya, termasuk gangguan perkembangan dan perilaku, semisal gangguan konsentrasi, gangguan perkembangan motorik, gangguan emosi, keterlambatan bicara, hiperaktif, hingga autisme.

Austisme sendiri diyakini para peneliti sebagai kelainan anatomis pada otak. Secara ilmiah telah dibuktikan, autisme merupakan penyakit yang disebabkan oleh banyak hal atau multifaktor. Selain karena alergi makanan, ada ahli yang menyebut autisme timbul karena gangguan biokimia. Sementara ahli lain menyebutnya sebagai gangguan jiwa, akibat masuknya unsur logam berat dan bahan-bahan berbahaya ke dalam tubuh.

Namun, apa pun penyebabnya, autisme merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak, yang ditandai dengan gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial. Bagaimana alergi makanan sampai mengganggu fungsi otak, sehingga menyebabkan autisme, pun masih menjadi misteri buat para ahli. Dari sana muncul beberapa teori yang mungkin bisa menjelaskan hal tersebut.

Selain teori gangguan organ sasaran seperti yang dijelaskan di muka, ada juga teori pengaruh metabolisme sulfat, teori gangguan perut dan otak, serta teori pengaruh reaksi hormonal. Gangguan metabolisme sulfat mempengaruhi, otak, jika ada bahan makanan yang mengandung sulfur masuk ke dalam tubuh. Bahan makanan itu - melalui proses konjugasi fenol - kemudian diubah menjadi sulfat yang kelak dibuang melalui urine.

Namun, proses itu bisa tidak berjalan mulus pada orang tertentu. Pada penderita alergi yang memiliki gangguan saluran cerna, akan terjadi gangguan pada proses metabolisme sulfur tersebut. Akibatnya, pengeluaran sulfat melalui urine menjadi tidak lancar, sekaligus mengubah sulfur menjadi sulfit. Sulfit inilah yang mengakibatkan gangguan pada kulit. Bersama beberapa zat toksin, sulfit juga mengganggu fungsi otak.

Toh, lepas dari peran zat kimia beracun yang tidak sempat dibuang tubuh (sulfit dan kawan-kawan), saluran cerna sendiri memang rentan terhadap gangguan alergi. Teori gangguan pencernaan dan kaitannya dengan sistem saraf pusat itu, kini sedang menjadi perhatian utama para ahli alergi. Karena dipercaya dapat mendekati fakta, bagaimana alergi pada akhirnya muncul menjadi gangguan perilaku, termasuk autisme.

Sementara teori keterkaitan hormon dengan peristiwa alergi dilaporkan oleh cukup banyak peneliti. Perubahan hormonal dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak dan perilaku. Penderita alergi biasanya mengalami penurunan hormon, seperti kortisol dan metabolik. Sebaliknya, hormon progesteron dan adrenalin cenderung meningkat ketika proses alergi itu timbul. Perubahan hormonal itu menyebabkan seseorang gampang lelah, mudah marah, cemas, panik, sakit kepala, sakit kepala sebelah, kerontokan rambut, dan banyak lagi.

Teori-teori yang menjelaskan hubungan antara alergi dengan gangguan susunan saraf pusat dan fungsi otak tadi, setidaknya memperkuat dugaan bahwa alergi - termasuk alergi makanan - memang punya peran dalam mencetuskan atau memperbesar autisme. Lantas, bagaimana mengetahui dan melakukan pencegahan dini, agar alergi makanan tak sampai menjerumuskan anak-anak ke jurang austisme?

Pintar di kelas

Sebelumnya, orangtua perlu mengetahui, makanan atau minuman apa saja yang berpotensi mengundang alergi. Makanan dan minuman itu di antaranya daging ayam, daging itik, ikan salmon/tuna, alkohol, daging domba, daging kalkun, jeruk, pisang, pir, anggur, jagung, gula, ubi, singkong, asparagus, selada, kembang kol, bayam, brokoli, teh, kopi, dan minyak zaitun. Penyebab alergi ini bersifat individual, sangat berbeda dari anak yang satu ke anak lainnya. Si Andri misalnya, alergi terhadap daging ayam, tapi si Benny belum tentu.

Selain makanan-makanan di atas, ada juga beberapa bahan yang dapat menggangu otak, yang terdapat pada makanan atau minuman. Misalnya, salisilat (mudah ditemukan pada buah, kacang, kopi, teh, bir, anggur, dan obat-obatan sejenis aspirin). Juga amino (diproduksi selama fermentasi dan pemecahan protein, ditemukan dalam keju, cokelat, anggur, tempe, serta sayur dan buah seperti pisang, alpukat, dan tomat), Atau benzoat (ditemukan dalam beberapa buah, sayur, kacang, anggur, kopi).

Penyebab alergi bisa juga datang dari bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan dan pemrosesan makanan. Contohnya aditif makanan berupa bahan pengawet, bahan pewarna, pemutih, enzim, bahan pelapis atau pengilat, pengatur pH, bahan pemisah, ragi makanan, pelarut untuk ekstraksi, dan bahan pemanis. Atau bahan tambahan semisal rempah-rempah buatan, kemasan makanan, obatan-obatan, serta bahan kimia pertanian yang sering digunakan saat membuat makanan atau minuman.

Orangtua juga perlu memahami macam-macam gejala dan gangguan alergi yang muncul pada anak. Misalnya, gerakan motorik berlebihan pada anak berusia di bawah enam bulan (mata dan kepala bayi sering menengok ke atas, tangan dan kaki bergerak berlebihan). Sedangkan untuk bayi usia di atas enam bulan, bila digendong sering minta turun dan sering membentur-benturkan kepala, bergulung-gulung dan menjatuhkan diri di kasur, serta suka memanjat.

Atau sebaliknya, anak mengalami gangguan perkembangan motorik, sehingga tidak bisa bolak balik, duduk, dan merangkak sesuai usianya. Jika berjalan sering terjatuh dan terburu-buru, sering menabrak dan jalan jinjit, serta gemar duduk pada posisi huruf “W” (posisi kaki ke belakang). Sampai umur di bawah 15 bulan, anak belum juga bisa berkata-kata, bahkan pada usia 20 bulan hanya sanggup mengucapkan 4 - 5 kata.

Gangguan tidur juga bisa menjadi pertanda. Misalnya anak suka tidur dalam posisi menungging, suka berbicara, tertawa, berteriak saat tidur, sulit tidur, sering terbangun malam, gelisah saat memulai tidur, gigi gemeretak, serta tidur mengorok. Bisa juga sangat agresif ketika tidak tidur, seperti gemar memukul kepala sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Anak yang mengalami alergi makanan sering juga mengalami gangguan konsentrasi. Cepat bosan dalam beraktivitas (kecuali saat menonton televisi, membaca komik, dan main game), tidak bisa belajar lama, selalu terburu-buru, tidak mau antre, tidak teliti, serta sering kehilangan barang. Nilai pelajaran di sekolah naik-turun secara drastis. Nilai pelajaran tertentu baik, tapi pelajaran lain buruk. Anak pun sulit mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, plus sering mengganggu teman saat pelajaran berlangsung.

Celakanya, anak dengan gangguan perilaku itu sekilas tampak seperti anak cerdas dan pintar!

Terserah orangtua

Pengetahuan tentang makanan dan minuman pemicu alergi, berikut gangguan perilaku yang ditimbulkannya, penting diketahui orangtua. Namun setelah itu, lebih penting lagi mengetahui secara pasti, makanan atau minuman jenis apa yang menjadi pemicu alergi anak. Tak gampang memang karena menyimpulkan anak mengalami alergi terhadap makanan tertentu tidak dapat diputuskan hanya dengan melakukan tes kulit atau tes alergi lainnya. Pemeriksaan-pemeriksaan itu memiliki sejumlah keterbatasan.

Diagnosis pasti adanya alergi makanan baru dapat dipastikan setelah dilakukan uji alergi dengan menggunakan metode yang biasa disebut Double Blind Placebo Control Food Challenge (DBPCFC), dengan cara mengeliminasi provokasi makanan penyebab alergi pada anak. Pendiagnosisan cara ini harus dilakukan oleh ahlinya, dengan bantuan orangtua si anak tentunya.

Jika pemicu alergi telah diketahui, penanganan terbaik untuk anak hanyalah dengan menghindari makanan atau minuman itu. Pemberian obat-obatan antialergi dalam jangka panjang tidak dianjurkan karena merupakan bukti kegagalan dalam mengidentifikasi penyebab alergi. Dengan mengenali secara cermat gejala alergi dan mengidentifikasi secara tepat penyebabnya, alergi dan gangguan autisme dapat dikurangi.

Itu sebabnya, sangat penting melakukan deteksi dini terhadap gejala alergi dan gangguan perkembangan dan perilaku anak. Bila jauh-jauh hari diketahui, pengaruh alergi terhadap fungsi otak yang berujung pada autisme dapat dicegah, atau paling tidak diminimalkan. Meskipun tidak bisa hilang sepenuhnya, alergi makanan biasanya akan membaik pada usia tertentu. Setelah usia dua tahun, imaturitas saluran cerna akan membaik, sehingga gangguan saluran cerna karena alergi makanan ikut berkurang.

Bila gangguan cerna membaik, logikanya gangguan perilaku pun akan berkurang. Selanjutnya, pada usia di atas 5 - 7 tahun, alergi makanan terus berkurang secara bertahap, sehingga gangguan autisme ikut berkurang secara bertahap. Meskipun alergi makanan tertentu biasanya akan menetap sampai dewasa, seperti alergi terhadap udang, kepiting, atau kacang tanah.

Sebaliknya, jika orangtua tak mengenali gangguan alergi itu sejak dini alias ketelanjuran, penanganannya harus dilakukan secara holistik, melibatkan beragam disiplin ilmu, seperti bidang alergi anak, neurologi anak, psikiater anak, tumbuh kembang anak, endokrinologi anak, dan gastroenterologi anak. Jelas, jauh lebih merepotkan dan tentu saja, lebih banyak makan biaya.

Silakan, mau pilih yang mana. ***

Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)


Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.

Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga.

Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack).

Penyakit darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary :
  • Hipertensi Primary
  • Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.

  • Hipertensi Secondary
  • Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut).

    Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu.

    Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.

    1. Penyebab Hipertensi
    Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi. Stop menjadi alcoholic!

    2. Penanganan dan Pengobatan Hipertensi
      a. Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi)
    • Kandungan garam (Sodium/Natrium)
    • Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;
      - Jangan meletakkan garam diatas meja makan
      - Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan
      - Batasi konsumsi daging dan keju
      - Hindari cemilan yang asin-asin
      - Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium

    • Kandungan Potasium/Kalium
    • Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).

      Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat;
      - Diuretic {Tablet Hydrochlorothiazide (HCT), Lasix (Furosemide)}. Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.

      - Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.

      - Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah.
      www. infopenyakit.com

    Beda Kurang Gizi dan Gizi Buruk


    Beragam masalah malnutrisi banyak ditemukan pada anak-anak. Dari kurang gizi hingga busung lapar. Lalu bagaimana membedakannya?
    Masyarakat terhenyak saat berita mengenai busung lapar yang menimpa anak-anak di NTB marak mengisi media massa. Silang pendapat antarpejabat pun tak kalah marak. Ada yang mengomentarinya semata-mata sebagai "kecelakaan", sebagian menyebutnya "sekadar" kurang gizi, dan sebagian lagi tegas-tegas mengatakannya sebagai busung lapar.

    Secara umum, kurang gizi adalah salah satu istilah dari penyakit malnutrisi energi-protein (MEP), yaitu penyakit yang diakibatkan kekurangan energi dan protein. Bergantung pada derajat kekurangan energi-protein yang terjadi, maka manifestasi penyakitnya pun berbeda-beda. MEP ringan sering diistilahkan dengan kurang gizi. Sedangkan marasmus, kwashiorkor (sering juga diistilahkan dengan busung lapar atau HO), dan marasmik-kwashiorkor digolongkan sebagai MEP berat. Apa saja perbedaannya dan bagaimana ciri masing-masing?

    KURANG GIZI
    Penyakit ini paling banyak menyerang anak balita, terutama di negara-negara berkembang. Gejala kurang gizi ringan relatif tidak jelas, hanya terlihat bahwa berat badan anak tersebut lebih rendah dibanding anak seusianya. Rata-rata berat badannya hanya sekitar 60-80% dari berat ideal. Adapun ciri-ciri klinis yang biasa menyertainya antara lain:
    * Kenaikan berat badan berkurang, terhenti, atau bahkan menurun.
    * Ukuran lingkaran lengan atas menurun.
    * Maturasi tulang terlambat.
    * Rasio berat terhadap tinggi, normal atau cenderung menurun.
    * Tebal lipat kulit normal atau semakin berkurang.

    MARASMUS
    Anak-anak penderita marasmus secara fisik mudah dikenali. Meski masih anak-anak, wajahnya terlihat tua, sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan otot-ototnya. Penderita marasmus berat akan menunjukkan perubahan mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan, anak umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa lapar. Ada pun ciri-ciri lainnya adalah:
    * Berat badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
    * Kulit terlihat kering, dingin dan mengendur.
    * Beberapa di antaranya memiliki rambut yang mudah rontok.
    * Tulang-tulang terlihat jelas menonjol.
    * Sering menderita diare atau konstipasi.
    * Tekanan darah cenderung rendah dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga lebih rendah dari semestinya.

    KWASHIORKOR
    Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung lapar atau HO. Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri lain yang menyertai di antaranya:* Perubahan mental menyolok. Banyak menangis, bahkan pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif.
    * Penderita nampak lemah dan ingin selalu terbaring
    * Anemia.
    * Diare dengan feses cair yang banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi laktase dan enzim penting lainnya.
    * Kelainan kulit yang khas, dimulai dengan titik merah menyerupai petechia (perdarahan kecil yang timbul sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red.), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung, pantat, dan sebagainya.
    * Pembesaran hati. Bahkan saat rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licin dan kenyal.

    MARASMIK-KWASHIORKOR
    Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai.
    * Berat badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit dan sebagainya.
    * Tubuh mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
    * Kalium dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolik seperti gangguan pada ginjal dan pankreas.
    * Mineral lain dalam tubuh pun mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan fosfor inorganik serta menurunnya kadar magnesium.

    GAGAL TUMBUH
    Selain malnutrisi energi-protein di atas, ada juga gangguan pertumbuhan yang diistilahkan dengan gagal tumbuh. Yang dimaksud dengan gagal tumbuh adalah bayi/anak dengan pertumbuhan fisik kurang secara bermakna dibanding anak sebayanya. Untuk mudahnya, pertumbuhan anak tersebut ada di bawah kurva pertumbuhan normal. Tanda-tanda lainnya adalah:
    * Kegagalan mencapai tinggi dan berat badan ideal
    * Hilangnya lemak di bawah kulit secara signifikan
    * Berkurangnya massa otot
    * Dermatitis
    * Infeksi berulang

    FAKTOR PENYEBAB
    Secara umum masalah malnutrisi energi-protein (MEP) disebabkan beberapa faktor. Yang paling dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimanapun MEP tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi. Berikut beberapa faktor penyebabnya:
    * Faktor sosial; yang dimaksud di sini adalah rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan bergizi bagi pertumbuhan anak. Sehingga banyak balita yang diberi makan "sekadarnya" atau asal kenyang padahal miskin gizi.
    * Kemiskinan; sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyebabkan kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun seringkali tak bisa terpenuhi.
    * Laju pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersediaan bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab munculnya penyakit MEP.
    * Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit.
    Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya ketersediaan pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan, serta pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita.

    LANGKAH PENGOBATAN
    Pengobatan pada penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya. Penderita kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau setara dengan 100-150 Kkal.
    Sedangkan pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun infeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh.

    Sumber: Dr. Adi S. Budhipramono, Sp.A.,
    Siloam Gleneagles Hospital, Lippo Karawaci(Nakita)